Belajar Ikhlas Bersedekah Dari Seorang Anak



Belajar Ikhlas Bersedekah Dari Seorang Anak [ www.BlogApaAja.com ]

Bulan Ramadhan hampir tiba, kita semuamenyambutnya dengan riang gembira. Berbicara mengenai bulan Ramadhan, kitaselalu dibiasakan untuk banyak bersedekah dengan ikhlas. Benar bukan?Sayangnya, seringkali ikhlas yang kita berikan kepada orang lain bukanlahikhlas yang sesungguhnya. Mari baca pengalaman penulis dengan seorang anakberusia lima tahun berikut ini.

Pada bulan Ramadhan tahun lalu, sayaberkunjung ke rumah saudara yang memiliki seorang anak perempuan berusia limatahun, namanya Amelia. Seperti anak-anak pada umumnya, Amelia dengan rianggembira bercerita bahwa dia sudah belajar puasa, walaupun hanya setengah hari.Bocah menggemaskan ini sangat menikmati masa-masa belajar berpuasa, juga saatsaya dan ibunya mempersiapkan beberapa barang untuk disumbangkan pada salahsatu panti asuhan.

Saya sempat bertanya padanya, "Amelia,kita mau bersedekah, kalau bersedekah kita harus apa?"

"Ikhlas," jawabnya dengan nada lucu.

Saya tersenyum, karena memang itulah jawabanyang ingin saya dengar. Kemudian, percakapan saya bersama Amelia selanjutnyabenar-benar mengubah pemahaman saya mengenai arti ikhlas.

"Tante, aku mau menyumbangkan tas iniuntuk teman-teman di panti asuhan." ujar Amelia sambil menyodorkan sebuahtas sekolah yang saya ketahui itu baru dibeli seminggu yang lalu.

"Tapi Amelia, tas itu kan masih baru,kamu tidak sayang kalau tas itu diberikan ke orang lain?" tanya sayadengan nada heran. Biasanya anak-anak tidak suka jika harus menyerahkanbarangnya, apalagi yang masih baru kepada orang lain yang tidak dikenal.

"Amelia ikhlas kok, tante! Kata mama,kalau mau bersedekah itu harus ikhlas dan bermanfaat bagi yang menerima, masasedekahnya tas yang sudah sobek dan kotor. Kalau tasnya masih bagus, pastimereka lebih senang," ujar Amelia sambil tersenyum riang dan sangat yakin."Nanti Amelia mau nabung buat beli tas baru, tas yang sekarang sudah sobeksedikit, tapi masih bisa dipakai kok,"

Ucapan itu seperti palu yang langsungmenghantam hati saya. Ingatan saya langsung menembus berbagai sedekah yangsudah saya lakukan, yang sudah saya ikhlaskan. Tapi saya berpikir, apakah benarsaya ikhlas? Atau saya ikhlas bersedekah karena barang yang saya sedekahkansebenarnya barang yang sudah tidak saya butuhkan, bahkan beberapa tak layak.

Baju yang saya sumbangkan selalu baju yangsudah tidak cukup saya pakai, sudah sobek di beberapa bagian, sudah lepaskancingnya, sudah pudar warnanya.

Benda-benda yang saya sedekahkan mayoritas adalahbenda yang sudah hilang fungsinya, baik sedikit atau seluruhnya.

Dan ya, dengan jujur saya akui, seharusnyabenda-benda itu saya buang ke tempat sampah untuk didaur ulang, bukan untukdiberikan pada orang lain yang memiliki kehidupan yang lebih sulit dari saya.

Saya belajar dari Amelia, ikhlas yangsesungguhnya bukan ikhlas karena kita memberi barang yang hampir menjadi sampahkepada orang lain, tetapi kerelaan hati untuk berbagi sesuatu yang bermanfaat,sesuatu yang berguna, sesuatu yang bila bagi kita layak, maka orang lain jugalayak mendapatkan hal yang sama.

Jika saya layak memakai baju baru, orang lain(yang selalu saya anggap rendah karena miskin) juga layak memakai baju baruyang sama, dari tangan-tangan kita. Bukan baju bekas yang sudah hilangkancingnya.

Semoga kisah ini membuka pikiran dan hati kitadan semoga Ramadhan tahun ini membawa berkah pada kita semua.


Follow On Twitter